Katanya, 5 April ini adalah kampanye terakhir yang dijadwalkan KPU
jelang Pemilu. Saya bilang katanya, karena saya yakin tidak semua parpol
pemilu dan caleg rela berhenti kampanye tepat pada tanggal yang
dijadwalkan KPU.
Sebelum surat suara benar-benar dicoblos, saya yakin betul akan ada
yang curi-curi kesempatan dan waktu untuk kampanye. Terlebih lagi, kampanye anti GolPut, alias anti tidak nyoblos.
Untuk kampanye anti golput, ada beragam isu yang dihembuskan agar bisa mempengaruhi pendirian para GOLPUTER.
Jika anti golput itu dari kalangan nasionalis, (maksud saya yang sok
peduli dengan negara), akan mengatakan Golput berati tidak mendukung
program negara. Karena pemilu program pemerintah. Tidak ikut
menyukseskan program pemerintah sama dengan pemberontak. Ups,,, sadis.
Kemudian, isu dari kalangan religi. Religi maksud saya mereka yang
meng-embel-embeli gerakan parpolnya dengan label agama, dan dakwah, akan
menyebarkan isu agama, pemurtadan nasional, kristenisasi nasional,
sampai pada isu syiah.
Untuk isu Syiah, agaknya sedikit berefek di telinga sebagian kalangan
yang dulu mengharamkan pemilu. Ketakutan berlebihan terhadap hadirnya
syiah di Indonesia di samakan dengan Irak. Bahkan aksi menyamakan
Indonesia dengan Irak itu sambil menyalahkan ulama dan dai yang
-katanya- menyeru untuk golput. Kok malah nyalahkan ulama dan dai?
tanpa diminta dan diajak pun, aksi golput tetap akan terjadi selama
wajah pemilu masih memilukan seperti ini.
Ada satu isu lagi yang perlu kita ulas. Ini isu bersama menurut saya,
yaitu isu yang beranggapan orang yang golput berati tidak faham
politik.
Benarkah, golput berarti tidak faham politik?
Kalau saya pribadi, tidak apalah dibilang tidak faham politik jika yang
dimaksud adalah politik kotor macam ini. Baik yang nasionalis maupun
yang agamis belum ada yang mampu ‘membangkitkan gairah saya untuk
nyoblos.’ Di samping iklan politiknya yang sudah ‘pasaran’, juga terasa
garing di pendengaran.
—————————————
Terserahlah, kalian mau buat isu apa , yang jelas hasil istikhoroh saya
masih pada pilihan golput, alias tidak nyoblos. Komitmen saya, akan
tetap mendukung pemimpin/ pejabat/ wakil rakyat terpilih dan menang
dalam kompetisi pemilu. Selama programnya baik dan tidak mengganggu
akidah saya, saya akan tetap mendukung, siapapun dia dan dari partai
mana pun dia diusung.
Oleh: Ahmad Hilmi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar