Pages

Jumat, 18 April 2014

Pesantren, Bukan Cetakan Batu Bata

Sebagian orang kadang salah dalam memahami dunia pesantren. Mereka menganggap bahwa pesantren itu seperti cetakan batu bata. Tanah liat yang bukan apa-apa dan berupa onggokan tak berbentuk, bisa berubah menjadi batu-bata setelah melewati cetakan. Seandainya bisa berbicara, tanah liat yang dimasukkan ke dalam cetakan pasti ada yang mau masuk dengan suka rela dan ada juga yang malas-malasan. Tapi, hasil akhir dari tanah liat yang suka rela dan yang malas-malasan adalah sama, batu-bata.


Dan sayangnya, pesantren itu bukan cetakan batu-bata. Dia hanya sebuah lembaga yang berusaha memenuhi semua kebutuhan peserta didik dengan segala fasilitasnya. Memang, jika dibandingkan dengan sekolah non pesantren, pesantren lebih 'komplit' dan lengkap dalam hal pelayanan, baik dari sisi ilmu dunia (umum) maupun ilmu agama.

Sebenarnya, sah-sah saja orang tua berharap anaknya yang di pesantren bisa lulus dengan hasil yang diharapkan orang tua. Mereka para anak mahir di pelajaran umumnya juga mumpuni dalam hal agama. karena memang pesantern menfasilitasi itu.

Namanya juga fasilitas, bisa membuahkan manfaat apabila digunakan dengan baik. Tapi masalahnya, alat yang disediakan diabiarkan nganggur, sementara kita menunggu hasil.Begitupun dengan pesantren, walaupun semua fasilitas pendidikan sudah disiapkan, tapi dia tidak serta merta bisa merubah anak yang memang enggan untuk dirubah.

Jika menengok ke lapangan, ternyata motivasi peserta didik untuk masuk ke pesantren berbeda-beda. Mereka yang masuk dengan kemaunya sendiri, biasanya akan berhasil. Tapi jika masuknya karena paksaan orang tua, biasanya hasilnya pun akan nihil, nol. 

Oleh sebab itu, sekalipun anak sudah di pesantren dengan segala fasilitas pendidikannya, tapi peran orang tidak bisa di abaikan untuk keberhasilan anaknya. Peran yang paling dibutuhkan adalah motivasi dan dorongan orang tua. 

Jadi, orang tua jangan terlalu berharap anaknya berhasil di pesantren jika mereka sendiri tidak memotivasi anaknya untuk berhasil. Atau bahkan yang lebih menyakitkan, tidak jarang orang tua menyalahkan pihak pesantren atas kegagalan anaknya, padahal orang tua sendiri tidak memberi pengarahan kepada anaknya.

Sekali lagi, bahwa pesantren bukan cetakan batu-bata, juga bukan pandai besi yang bisa merubah besi menjadi apa yang diharapkan tukangnya. Tapi, pesantren adalah lembaga yang memiliki segala fasilitas yang dibutuhkan peserta didik. Akan bermanfaat jika dimanfaatkan dan akan diam begitu saja apabila didiamkan. Berubah dan berhasilnya anak ada pada kemauan dari anak itu sendiri, baik kemauan yang tumbuh dari kesadarannya, maupun kemauan yang ditanamkan oleh orang tuanya.

Oleh: Ahmad Hilmi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About