Selepas sholat magrib ada seorang kawan yang mengajak saya ke warung makan lesehan, ikan bakar.
“Alhamdulillah tadi siang saya habis gajian.” Tuturnya.
“Alhamdulillah tadi siang saya habis gajian.” Tuturnya.
Sampailah kita di warung yang dituju. Sambil menyantap ikan nila bakar
kita berbincang ringan seputar makna hidup. Tiba-tiba dia berujar,
“Enak ya bro kalau tiap malam atau bahkan tiap kali makan kita bisa
menyantap ikan bakar kayak gini trus”.
“Gak juga bro, malam ini kita bisa merasakan kalau ikan bakar ini nikmat, karena kita jarang makan. Paling setiap kali gajian doang.”
“Gak juga bro, malam ini kita bisa merasakan kalau ikan bakar ini nikmat, karena kita jarang makan. Paling setiap kali gajian doang.”
“Kalau kita makannya tiap hari kaya gini pasti bosen, gak nikmat lagi.” sambungku.
“Ah masak sih?” hanya kalimat pendek itu saja sebagai sanggahannya atas pernyataan saya tadi.
Satu hari berlalu, seakan peristiwa ikan bakar itu terlupakan dari
angan. Tanpa direncanakan (pulang dari belanja) ternyata kita lewat
depan warung itu lagi dan mampir dengan memesan menu yg sama, ikan nila
bakar.
“Kita coba lagi bro, ikan bakar semalam benar-benar lezat.”
“Ok deh, kita coba lagi.” jawab saya.
Cukup lama acara makan kita malam ini. Hening, sibuk sendiri-sendiri
menyantap hidangan ikan bakar. Obrolan pun tak seseru malam kemare.
“Ternyata benar bro, dua malam berturut-turut kita makan hidangan lezat,
tapi tak selezat yang pertama. Bener kata kamu.” Ucapnya memecah
keheningan.
“Hehe…” Hanya tawa ringan yang saya lakukan sebagai respon ucapannya.
*****
Kesimpulannya kemudian adalah ternyata nikamat itu tidak bisa diukur dengan
seberapa sering kita makan enak, seberapa lezat makanan yang kita
santap. Tapi nikmat akan terasa dengan tingkat kepuasan.
Kita tidak akan bisa mengatakan ikan bakar itu nikmat jika belum pernah
merasakan makan tanpa lauk atau yang lebih rendah dari itu.
Kadang liku-liku kehidupan itu lah yang menjadikan hidup ini terasa
nikmat dan berwarna. Keadaan terpuruk dan berhasil hanya warna yg harus
diterima. Sikap syukurlah yang paling layak kita lakukan dalam segala hal.
Allah subhanahu wala'ala berfirman:
لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"jika kalian bersyukur (atas nikmat) maka Aku (Allah) akan menambah (nikmat) kepada kalian, tetapi jika kalian kufur, maka adzabku sangatlah pedih." (QS. Ibrahim: 7)
Oleh: Ahmad Hilmi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar