Suatu siang,
ketika saya membaringkan punggung di atas kasur, terbersit sebuah dialog yang
saya buat sendiri dan saya jawab sendiri. Ini gara-gara kabel setrika yang
tidak dirapikan dan mengganggu pemandangan di kamar. Tapi dialoge hanya terucap dalam angan tho’, ndak
keras-keras kok. Yo kalo keras-keras nanti temen-temen kos ngira kalo saya
sedang konslet. Lha wong ngomong kok sendirian.
“walah, siapa
tho yang habis naruh setrika, kok kabelnya nglewer (terjulur) ndak digulung
lagi?” kebetulan ada rak kecil tepat diatas kaki saya jika posisi
berbaring.
“coba tak
tarik lah.” Saya tarik kebel itu dengan jepitan jari dan jempol kaki.
Ketika sekali
saya tarik, kabel itu sepertinya kuat tersangkut di rak. Saya semakin penasaran
saja untuk menarik kabel itu lebih kuat lagi.
“kalau saya
tarik, kira-kita setrikanya jatuh gak ya?”
“kalau jatuh,
pasti setrikanya kena kakiku ni.”
Walaupun saya
sudah membayangkan setrika itu akan jatuh jika kabelnya saya tarik lebih kuat
lagi, tapi itu tidak cukup menjawab rasa penasaran saya.
Dan akhirnya…”klotak…”
“hemmm, bar kuwe saiki (baru tahu rasa kamu).” Terjawab sudah penasaran
ini, setelah ujung setrika benar-benar menghantam tulang kering saya. Lumayanlah
untuk sekedar alasan nyengir. Sakit, tapi puas dengan jawaban setrika itu.
*****