Bagi kita orang muslim, tentu tidak asing lagi dengan sebuah
do’a yang ditujukan untuk kedua orang tua. Doa yang mungkin setiap orang muslim
menghafalnya. Bahkan balita yang belum bisa baca tulis pun sudah mengenal dn
menghafalnya.
Namun sebagai orang tua, sudahkah kita faham makna yang
terkandung dalam do’a tersebut?
Mari kita kaji bersama.
Teks do’a
رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
”Ya Rabb, sayangilah mereka sebagaimana mereka merawatku
(mendidikku) ketika aku kecil” (QS. Al- Isra: 24)
Atau dalam redaksi yang lain:
اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ
وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا
”Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orang tua ku dan sayangilah
mereka sebagaimana mereka menyayangiku keitka kecil”.
Perintah Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
Berbakti kepada kedua orang tua adalah kewajiban bagi setiap
anak. Banyak sekali teks-teks agama yang secara tegas membahas masalah ini. Bakti
kepada keduanya sering disandingkan dengan bakti kepada Allah SWT. Begitupun durhaka
kepadanya merupakan bentuk durhaka kepada-NYA.
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا
أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا
قَوْلًا كَرِيمًا(*) وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ
رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan
supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada
ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau
Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang
mulia. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS. Al-Isra: 23-24)
Hanya ada
satu alasan seorang anak boleh menolak permintaan orang tua, yaitu ketika
mereka mengajak untuk menyekutukan Allah SWT. Selain itu tidak ada alasan untuk
menolak apalagi sampai mendurhakai.
Ketika Anak Tidak Berbakti
Memiliki anak yang berbakti merupakan dambaan setiap orang
tua. Bahkan anak yang berbakti dianggap sebagai sesuatu yang sangat berharga. Nilai bakti seorang
anak lebih mahal dibandingkan kemewahan dunia. Terlebih lagi ketika orang tua
memasuki usia senja.
Akan tetapi apa yang diharapkan orang tua terkadang tidak
sama dengan kenyataan. Anak yang kita rindu baktinya justru menunjukan sikap acuh. Berharap dirawat dengan
baik malah semua itu terbalik. Memimpikan kata-kata indah dari anak malah
memperoleh kata bercampur ludah.
Mengenaskan memang.
Bila kondisi seperti ini menimpa kita sebagai orang tua, apa tindakan kita?
Introspeksi diri
lah jawabannya.
Introspeksi diri
Dalam do’a untuk kedua orang tua, ada satu ungkapan yang jarang kita fahami; “sayangilah mereka berdua sebagaimana
mereka mendidik ku ketika masih kecil”.
Kata “SEBAGAIMANA” merupakan cerminan diri kita
ketika mendidik anak waktu mereka kecil.
Mari kita renungkan bersama
ketika anak tidak menunjukkan baktinya kepada kita:
1.
Anak Acuh Terhadap Kita
Kemungkinan kita dulu sering tidak memperdulikannya, tidak
memperhatikan perkembangannya. Dalam putaran
waktu 24 jam, kita habis kan waktu kita dengan pekerjaan. Seakan tidak ada waktu tanpa bekerja. Kita berangkat
kerja ketika anak belum bangun dari
tidurnya dan kembali setelah mereka tertidur.
Dan tanpa kita sadari, sering terbersit dalam benak kita jika
anak akan bahagia dengan uang yang kita
dapat. Kita membesarkan anak dengan uang, bukan dengan kasih sayang.
Jika itu yang terbayang dalam benak kita, maka jangan heran
ketika anak membuang kita ke panti jompo. Toh mereka juga mengeluarkan uang
untuk biaya kita.
Sama bukan?!
2.
Mendapat Perlakuan
Kasar Dari Anak
Saya sering mendengar tetangga yang memarahi anaknya dengan
kata-kata kasar. Setiap kesalahan yang dilakukan anak selalu disambut dengan
menyebut nama-nama penghuni kebun binatang.
Saya kurang tahu juga, apakah dengan cara itu orang tua
mengenalkan anak dengan nama binatang. Yang
jelas, itulah yang saya dengar dari tetangga sebelah.
Ketika usia senja mulai menghampiri kita, itu artinya kita
akan mengulangi lagi masa seperti anak-anak. Masa tanpa kedewasaan. Tentu akan
banyak kesalahan yang kita lakukan tanpa sadar. Gambarannya sama seperti anak
kita yang masih kecil.
Jika dulu kita menyikapi kesalahan anak dengan kelembutan, maka kemungkinan anak
pun akan menyikapi kesalahan kita dengan kelembutan. Tetapi ketika dulu kita
menyikapi kesalahan anak dengan kata-kata kasar, maka jangan kecewa ketika anak menyambut kesalahan kita dengan
cara kasar.
sebelum
kita menuntut bakti dari anak, ada baiknya kita melihat terlebih dahulu masa
lalu kita ketika mendidik mereka. Apa yang mereka lakukan sekarang terhadap kita adalah cerminan masa
lalu kita.
Sebelum kita
memvonis anak durhaka, ada baiknya kita muhasabah.
Jadilah orang
tua yang baik..
Oleh: Ahmad
Hilmi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar