Ada cerita menarik yang sering saya dengar
seputar penguasaan masjid. Konon katanya, masjid yang ada di sebrang
jalan itu dibangun oleh ormas A. Setelah beberapa tahun berjalan,
ternyata masjid itu beralih pengelolaannya oleh ormas B.
Mengetahui hal itu, ormas A yang merasa pihak yang ‘mbangun’ jadi muring (red: ngamuk), kebakaran jenggot dan kumis. Sumpah
serapah yang gak jelas lagi-lagi diungkap di depan warganya sebagai bentuk permusuhan terhadap ormas B.
Tentu saja, ormas B yang tidak merasa merampok masjid tidak terlalu
merespon perilu aneh dari ormas A yang sedang mencak-mencak. Hanya
sesekali dia menjawab, “lo ke mane aje hei ormas A? Lo cuma bisa bangun
tapi kagak bisa ngurus. Jamaah segitu banyak lo biarin terlantar.”
Pertanyaan sindiran dari ormas B ternyata gak terjawab oleh ormas A.
Tetap saja, api kebencian yang sudah terlanjur dikobarkan tak dapat
dipadamkan lagi. Sambil berlalu ormas A ngomel, “dasar ormas B, hobinya
ngrampok dan ngrampas masjid orang.”
******
Sebenarnya, jika semua ormas berfikir positif, pertikaian semacam itu
gak perlu terjadi. Ormas A, sebagai pihak yang membangun gak perlu
mencak-mencak, toh mereka juga sudah dapat pahala membangun masjid.
Ormas B, mungkin tidak terlalu punya dana untuk bangun masjid, atau
punya dana tapi tidak mau mubadzir, tapi mereka pandai mengelola
masjid. Jadi, biarkan saja lah mereka yang memakmurkan masjid. Toh
setelah berganti pengelolaannya, masjid masih berada pada fungsi
aslinya, sholat lima waktu dan ibadah lainnya.
Nah, sekarang apalagi yang mau diributkan.?
“Plang papan nama ormas gue lo copot”, gerutu ormas A sambil nunduk.
“Ooh, lo mulai ngributin plang papan nama?", jawab si B dengan santai.
“Berati selama ini lo bangun masjid cuma biar orang tahu kalo lo peduli
masjid?”, lanjut ormas B.
****
Sudahlah, kerjasama saja yang baik. Gak usah saling cela. Kagak baik ditonton orang.
Masjid yang selama ini terlantar tak terkelola dengan baik, kini seakan
menjadi berharga setelah dikelola pihak lain. Dan itulah tabiat kita,
segala akan terasa berharga setelah berada ditangan orang lain.
Mari, makmurkan masjid.
Oleh: Ahmad Hilmi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar