Hidup bersama di
bangsa manusia tak akan pernah luput dari komentar. Apa pun yang dapat
dicapai oleh panca indera pasti jadi sasaran kritik. Baik apa yang
dilihat, didengar, diraba, dicium/ dihirup, dan juga yang dirasa.
Terlepas apakah itu kritik yang membangun atau pun kritik yang memang
sudah jadi "hobi". Akan berakhir dengan hasil yang bagus ketika itu
kritik yang membangun. Kritik model ini biasanya dibarengi dengan sebuah
solusi. "Saya kurang setuju dengan
kebijakan seperti ini, dan ini solusi dari saya". Yang seperti itu
cerdas, walaupun belum tentu diambil.
Senin, 22 Desember 2014
Sabtu, 06 Desember 2014
InSyaA Allah, InSya Allah atau In Sya Allah, Mana Yang Benar Penulisan dengan Huruf Latin?
Beberapa saat yang lalu ada seorang kawan yang tanya pada
saya seputar ucapan “إِن شَاءَ اللهُ”
yang ditulis
menggunakan tulisan latin. Yang benar itu “Insya Allah, In Sya’a Allah atau In
syaAllah”? Sebagai mana kita maklum, bahwa lafadz itu sering kita tulis dalam
pesan singkat (SMS) ketika membuat janji dengan seseorang. Kebingungan kawan saya
ini bermula saat dia membaca tulisan di media On Line yang mempermasalahkan
makna (arti) yang terkandung jika ditulis dengan penulisan yang kurang pas.
Pasar dan Fenomena Keburukan Kaum "Mutaffifun" (Pelaku Curang)
Di libur akhir pekan, saya sempatkan menemani istri belanja
beras di pasar. Setelah menanyakan
kualitas beras beserta harganya di salah satu kios, kemuadian istri mengambil
beras seharga Rp. 9000,00/ kg. Biasanya, dengan kisaran harga segitu, sudah
bisa memberoleh beras baru dengan kualitas bagus. Begitupun yang diucapkan
pedagang dengan sangat meyakinkan. Kalaupun ada kenaikan harga tak akan
terlihat signifikan.
Ternyata, setelah dimasak nasi yang dihasilkan beraroma
"apek" dengan rasa yang tidak gurih. Ini menandakan beras itu stok
lama atau beras baru yang dicampur dengan beras bulog.
Saya dan istri hanya bergumam, "astagfirullah, ternyata
bagi sebagian orang mencari rejeki halal itu tak mudah."
Langganan:
Postingan (Atom)