Pages

Kamis, 28 Maret 2013

Dukun...... oh dukun


“Ada mbah dukun sedang ngobatin pasiennya
Konon katanya sakitnya karna diguna-guna
Sambil komat-kamit mulut mbah dukun baca mantra
Dengan segelas air putih lalu pasien disembur
......
......”



Itu  penggalan lirik lagu yag berjudul “mbah dukun”. Dulu lagu ini pernah Hit pada zamannya.  Bahkan penyanyinya  pun Alam sempat memperoleh piala Seruling Emas pada malam penghargaan ANUGERAH DANGDUT TPI tahun 2002. Tentunya pembaca masih banyak yang ingat dengan lagu ini. Sedikit bernostalgila. Eh, nostalgia.
Sebenarnya tidah ada yang spesial pada lirik lagu ini. Isinya biasa-biasa saja, hanya menceritakan aktifitas dukun dalam mengobati pasiennya.

Pada kesempatan kali ini saya tidak akan membahas banyah tentang lagu ini, tapi lebih pada masalah perdukunan yang marak terjadi ditengah-tengah masyarkat kita.
Sengaja saya angkat tema dukun dan perdukunan; karena saya terinspirasi oleh media yang akhir-akhir ini sering mengangkat masalah dukun, dari berita orang yang merasa dikibulin (ditipu) dukun sampai iklan praktik perdukunan dengan beragam produknya.

Kata “dukun” dalam KBBI berarti orang yg mengobati, menolong orang sakit, memberi jampi-jampi (mantra, guna-guna, dsb);
Walaupun dalam praktiknya, dukun sangat beragam  macamnya, mulai dari dukun pijat, dukun beranak sampai dukun santet, tapi ketika kata dukun itu disebut sendirian maka konotasi yang melekat pada benak kita lebih dekat pada makna dukun “santet” yang mengaku mengetahui alam ghoib.

Sosok dukun dalam masyarakat
Dulu ketika saya masih tinggal dikampung yang jauh dari peradaban, sosok dukun begitu fenomenal dihati  masyarakat. Dari urusan jodoh sampai penglaris dagangan semua dikonsultasikan ke dukun.
Hampir semua aktifitas masyarakat selalu ada campur tangan dukun. Luar biasa.
saya beranggapan, wajarlah dukun punya tempat spesial dihati masyarakat kampung; karena memang mereka tinggal jauh dari peradaban moderen. Pergi kedukun merupakan satu-satunya solusi ketika dihimpit masalah.
Itu anggapan saya dulu ketika belum pernah menginjakkan kaki dikota metropolitan, Jakarta.

Tapi ketika saya sudah mencicipi hidup dijakarta, saya baru tahu bahwa tenyata ada sebagian masyarakatnya yang masih memakai jasa dukun.
Ternyata... oh ternyata.. gaya hidup sih boleh moderen, lingkungan juga moderen, tapi  -maaaf- mentalnya mental masyarakat yang jauh dari peradaban (percaya sama dukun).

Saya tidak habis pikir, mereka yang masih percaya  dukun itu bukan orang orang “bodoh”. Justru mereka datang dari kalangan akademisi, kamu terpelajar, punya tingkat pendidikan yang tinggi bahkan ada juga dari kalangan pejabat pemerintah.
Kok bisa ya??
Jawabanya adalah mereka orang-orang yang putus asa, ingin menyelesaikan semua permasalahan hidup dengan instan. Ingin menyelesaikan masalah tanpa masalah (itu sih jargonnya pegadaian, hehe)
Sikap putus asa menjadi alasan kuat orang datang kedukun dan memanfaatkan  jasanya.

Ciri- ciri dukun jadul dan masa kini
Beberapa waktu yang silam kalau kita mau nyirenin (mengenali) dukun biasanya melalui pakaian mereka yang serba hitam dengan akik (cincin bermata batu) yang melingkar disetiap jari- jenarinya. Tidak jarang para dukun itu memasang wajah garang nan seram tanpa senyum yang tersungging  untuk menampakkan kesan mistis dalam tampilannya. Ini dukun jadul.
Nah, tampilan semacam ini sangat jelas identitas dukunnya. Orang tidak akan tertipu; karena nyata-nyata dia dukun.
Tapi agaknya atribut dukun jadul ini sudah tidak lagi menjadi trand didunia perdukunan. Mereka lebih senang menjelma dalam beberapa penampakan; tampilan kiyai dan ustadz  serta ahli pengobatan alternatif.
Tampilan jelmaan semacam ini lebih menguntungkan bagi mereka. Kalangan yang anti dukun pun bisa terkibuli (tertipu) lantaran mereka menggunakan jubah kiyai dan peci ustadz. Kalung bentuk tengkorak yang dulu sebagai simbol kebanggaannya sekarang berubah menjadi dasi rapi dalam jas ahli pengobatan alternatif.
Tapi sejatinya mereka dukun yang berganti pakaian jelmaan sesuai selera pasar. Ide cerdas bukan??

Untuk melengkapi wawasan kita tentang dukun mas kini, ada baiknya kita juga mengenal ritual dan jampi-jampi mereka.
Ciri yang paling gampang dikenali adalah ritual-ritual yang tidak masuk akal, semua tahayul, hanya akal yang sakit saja yang bisa percaya. Dari ritual mandi dengan kembang setaman sampai pengurbanan ayam hitam polos.

Kalau dulu ayat kursi (QS.Al-Baqarah: 255) diyakini sebagai ayat pengusir jin, justru dukun saat ini menggunakannya sebagai jampi untuk mendatangkan balatentaranya dari kalangan jin.
Lebih kretif dan licik.
Keadaan semacam ini diperparah dengan hadirnya iklan dukun dimedi-media masa. Seakan tidak lagi malu menawarkan produk sihir seperti santet, gendam, pelet dsb.

Katanya dukun punya kehebatan dan keajaiban
Masyarakat selalu mengaitkan sosok dukun sebagai orang yang punya keajaiban, mampu melakukan segala sesuatu diluar nalar akal manusia. Dia bisa mengetahui sesuatu yang tidak diketahui manusia biasa, menerawang alam ghoib dan lain sebagainya. Pokoknya susah difahami oleh akal sehat. Hehe, atau jangan-jangan akalnya memang sudah tidak sehat..???

Keajaiban, kehebatan yang dimiliki dukun tidak terlepas dari campur tangan jin. Jin punya andil besar dalam masalah ini. Apapun aksi yang sedang dilancarkan sang dukun, baik itu aksi ramalnya, terawang alam ghoib sampai pengobatan alternatif, jin selalu ikut.
Yakin dech, nyang namenya dukun tu pasti punya balatentara dari JIN.
 
Praktik perdukunan dalam kacamata Islam
Islam  sudah lama mengenal praktik perdukunan dan sihir, bahkan Al-quran dalam beberapa ayat membahas secara khusus masalah dunia sihir sejak awal kemunculannya.  Oleh sebab itu Rasulullah dalam banyak sabdanya mewanti-wanti umatnya agar menjauhi dunia perdukunan dan sihir.
Islam mengecam keras praktik perdukunan. Hanya sekedar mendatanginya saja sholat kita tidak diterima selama 40 hari lamanya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافًا لمَ ْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً
Artinya: “siapa saja yang mendatangi dukun atau peramal maka sholatnya tidak diterima selama empat puluh hari” (HR.Ahmad)

Lebih parah lagi kalau datang kedukun disertai dengan keyakinan yang kuat. Keyakinan kalau dukun bisa memberi manfaat dan madhorot (bahaya),label “kafir” disematkan bagi dukun dan pasiennya. Padahal kata kafir merupakan antonim dari mukmin/ iman. Mengerikan bukan??

مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
Artinya: “siapa saja yang mendatangi dukun atau peramal (para normal) kemudian meyakini ucapannya, maka dia telah kafir (mengingkari) ajaran Muhammad”

 Ketika seseorang medatangi dukun  bukan solusi yang didapat, tapi masalah yang semakin berat. Harapan ingin menutupi hutang, yang ada malah harta melayang. Terus melakukan usaha yang disertai doa sebagai  wujud tawakkal kita kepada- Nya.

Dengan tawakkal yang benar hasil yang kita harapkan tidak membut kita sombong, tapi kalau kita masih gagal tidak membuat kita putus asa.
Yakinlah, hanya Allah tempat kita begantung, memohon dan meminta.

Maka bagi kita yang belum pernah datang kedukun dan paranormal jangan pernah tergiur untuk datang. Dan bagi kit yang sudah terlanjur berurusan dengan dukun maka segeralah bertaubat. Jangan sampai Allah SWT memetikan kita dalam keadaan kafir. Wal ‘iyadzu billah.

Wallahu ‘alam bis-shawab



Oleh: Ahmad Hilmi 

1 komentar:

 

Blogger news

Blogroll

About