Pages

Jumat, 26 April 2013

Seksual yang [merasa] Dilecehkan


Saya selalu tertarik ketika menyimak berita tentang pelecehan seksual. Baik itu pelecehan yang sekedar colek-colek di angkutan umum atau pun sampai benar-benar pemerkosaan. Bahkan tidak jarang pemerkosaan ini berujung pembunuhan sebagai upaya penghilangan jejak oleh pelaku.

Ketertarikan saya menyimak berita pelecehan seksual  ini bukan karena saya senang atas kejadian ini. Tetapi saya menganggap berita ini sebagai lelucon dan hiburan belaka. Kenapa tidak? Karena kasus semacam ini sudah bertahun-tahun diberitakan tapi tanpa ada upaya pencegahan untuk masa mendatang.

Setiap mendengar berita semacam ini, semua pihak ramai-ramai mengecam pelaku. Komisi Perlindungan Perempuan beserta keluarga korban menuntut pengadilan agar menghukum pelaku dengan hukuman seberat-beratnya. Saya rasa ini wajar-wajar saja; karena saya juga berada di barisan orang-orang yang mengecam perilaku ini.


Mengecam pelaku, Tidak  Menyelesaikan Masalah
Mengecam dan melaknat pelaku pelecehan seksual saya yakin sudah dilakukan sejak awal sejarah terjadinya pelecehan seksual. Dan nyatanya itu tidak menyelesaikan masalah. Bahkan setiap hari, setiap bulan dan tahun jumlah  kasus pelecehan semakin banyak, semakin subur. Seakan tidak ada habisnya.
Menurut saya, mengecam dan menghukum pelaku hanya lah tindakan sementara. Seperti kita membasmi rumput dengan memotong tunasnya tetapi membiarkan akarnya. Pada saat dipotong akan terlihat bersih, tetapi beberapa waktu lagi akarnya akan menumbuhkan tunas baru. Bahkan akan lebih lebat dan subur dari tunas sebelumnya.

Kenapa yang dilakukan hanya mengecam? Tidak kita cari akarnya.?
Atau kita hanya akan berteriak bersama-sama setiap kali kasus ini terjadi?

Beberapa Penyebab terjadinya kasus pelecehan seksual
1.       Maraknya porno aksi dan pornografi
Beberapa tahun yang lalu ketika ada gagasan RUU APP, semua pihak yang merasa dirinya pembela hak asasi manusia mengecam undang-undang ini. Dinggapnya, UU APP ini akan membunuh hak berkreasi bagi wanita. Atas nama seni dan HAM, semua yang berbau porno boleh dilakukan. Atas nama budaya, semua jadi legal.

Realitannya:
Banyak pelaku pelecehan seksual yang ternyata terinspirasi oleh hal yang berbau porno di sekitarnya. Apa yang dia saksikan di media ternyata bisa membangkitkan fantasinya yang menyimpang. Jangankan melihat orang yang benar-benar telanjang, melihat wanita berbusana rapi pun bisa ia telanjangi dengan fantasinya.

Masih kurang bukti apalagi jika pornografi/ porno aksi  berdampak buruk bagi kehidupan sosial dan merusak tatanan moral.

 Argumen mereka (pejuang porno) bahwa jika melihat orang telanjang dengan kacamata seni tidak akan membangkitkan nafsu seks.
Menurut saya,  itu argumen munafik. Mana ada orang normal (sehat seksual) tidak bangkit birahinya ketika melihat wanita telanjang. Atau jangan-jangan para pejuang pornografi itu adalah kumpulan orang-orang sakit.

2.       Pergaulan yang Tidak Terkontrol
Ketika dibahas masalah pergaulan wanita dan pria, juga masalah pacaran, banyak orang  yang menganggap hal itu biasa saja. Bahkan orang tua yang memiliki anak perempuan pun merasa nyaman- yaman saja ketika anak gadisnya diajak pergi oleh seorang pria asing.

 Mungkin kita boleh saja beranggapan jika pacaran tidak berdampak buruk. Tetapi kita jangan lupa  jika pacaran juga ada permainan emosi dan perasaan. Pada titik inilah wanita lemah.

Wanita bisa saja membela diri dengan fisik ketika dilecehkan, karena dia membekali dirinya dengan ilmu bea diri. Tapi pada sisi perasaan dia lemah.

Realita:
Sudah berapa wanita yang rela menyerahkan kehormatannya kepada pria dekatnya dengan alasan suka sama suka.? Sudah berapa anak gadis yang hilang kegadisannya karena alasan cinta?

Awalnya dengan alasan sama-sama suka, cinta dan kasih sayang, si gadis menyerahkan kegadisannya. Tetapi ketika pada kondisi yang tidak bersahabat dia akan berteriak dan mengatakan kalau dia diperkosa. Dia korban.


3.       Wanita yang Kurang Hati-Hati
Pernahkah terlintas dalam pikiran anda, jika wanita (korban) punya andil besar dalam kasus  ini?
Jika anda wanita, pasti akan menolak pernyataan wanita punya andil besar dalam kasus pemerkosaan. Saya yakin anda akan mengatakan jika anda adalah korban. Bukan pelaku.
Salah. Anda korban, tetapi anda juga pelaku.

Realita:
Jika ada seorang wanita yang mau diajak bepergian oleh sekelompok pemuda, satu wanita berbanding lima pria, kemudian dia diperkosa. masihkah anda menganggap ini wanita baik-baik? Atau anda akan beranggapan seperti anggapan saya?

Ditempat yang lain, seorang wanita berpakaian seksi [tidak senonoh] dan berdiri ditengah kerumunan laki-laki kemudian merasa dilecehkan dan diraba-raba oleh seseorang. Bukankah sudah disediakan area khusus wanita.?
Dalam satu kesempatan memang wanita lah penyebab malapetaka itu terjadi. Dia sengaja memberi umpan laki-laki untuk menggodanya.

Dalam kondisi seperti ini, akan kah anda membela wanita?
Si pelaku [pria] mesum itu sudah jelas salah dan perbuatannya tersebut tidak bisa dibenarkan. Tetapi membela wanita yang mengaku sebagai korban pun adalah tindakan salah.
Yang bijak adalah menilai keduanya (pelaku dan korban) sama-sama salah.

Islam punya solusinya
Dalam sebuah ayat di sebutkan  larangan untuk mendekati zina.
Kata orang bodoh, “yang dilarang kan mendekatinya, kalau zinanya kan boleh”.
Ini pemahaman yang benar-benar bodoh. Yang benar adalah mendekatinya saja tidak boleh, apalagi zinanya.
Agar tidak terjadi pelecehan seksual, harusnya kita bersama-sama menghindari faktor pendorongnya; pornografi, pergaulan yang tidak terkontrol,  kurang hati-hati dan mawas diri dsb.
Dengan memberantas faktor penyebabnya, berarti kita memotong akar. Akar dari semua permasalahan seksual menyimpang.

Butuh kerjasama antara pria dan wanita dalam memberantas kasus ini. Pria sudah berhati-hati tetapi wanita menggoda. Atau wanita sudah berhati-hati tetapi otak laki-laki mesum.

Firman Allah SWT:
1.       Jangan mendekati Zina
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

“dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra; 32)

2.       Menjaga Pandangan
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ (30) وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (31)
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat".
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 30-31)


Oleh: Ahmad Hilmi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About