Pages

Selasa, 09 April 2013

DUIT, Kunci Sukses??


Ketika berbicara tentang kesuksesan, tentu sebuah usahlah yang bisa mewujudkannya. Baik itu usaha yang baik mau pun yang buruk. Baik dengan cara yang benar maupun cara yang salah. Baik melalui jalur yang halal maupun jalur yang haram. Semua upaya akan kita tempuh untuk mewujudkan cita-cita itu.

Apapun upaya yang kita lakukan untuk meraih kesuksesan, jalur manapun yang kita tempuh, hasilnya lah yang akan menjawab. Berbeda cara, maka berbeda juga hasilnya.
Di saat banyak orang yang tidak lagi memperdulikan halal haram sebuah jalan, maka dipastikan hasilnya pun tidak diperhitunghan.

Berbicara masalah jalur instan yang ditempuh untuk meraih sukses, kata “duit” tidak bisa kita pisahkan dari persoalan itu. Jabatan, bisa dibeli dengan duit. Soal ujian akhir negara, bisa dibeli dengan duit. Semua bisa dibeli dengan duit kecuali harga diri dan martabat.


Pada kesempatan kali ini saya ingin menawarkan kunci sukses bagi siapapun yang ingin sukses. Terutama adik-adik yang akan mengikuti ujian akhir pada masing-masing  jenjang pendidikannya. Agaknya kata ‘DUIT’ saya usung pada tulisan kali ini, untuk menyaingi  Duit yang bermakna uang.

DUIT kependekan dari Do’a, Usaha, Inovativ dan Tawakkal adalah jalur yang  seharusnya ditempuh untuk meraih hasil yang abadi.

Do’a
Masih ada sebagian orang yang tidak percaya dengan kekuatan do’a. Mereka beranggapan bahwa berhasil dan tidaknya sebuah usaha tergantung pada usaha fisik manusia. Mereka terlalu percaya diri terhadap usahannya.
Bukankah alam semesta ini ada yang mengatur dan menentukan? Dia lah Allah subhanahu wata’alla yang Maha Segala-galanya, termasuk dalam menentukan sukses atau tidaknya usaha tangan manusia.

Bagi kita orang yang beriman, do’a bukan hanya sebagai jalur permohonan kita kepada-Nya saja. Akan tetapi do’a adalah bagian dari sebuah keimanan.  Orang yang tidak berdoa berarti dia tidak beriman.

Setelah kita meyakini arti sebuah do’a dan kekuatan dahsyat yang terkandung didalamnya, maka pertanyaan kita selajutnya adalah bagaimana cara kita agar do’a  kita didengar oleh Allah subhanahu wata’ala??

1.       Yakinkan diri kita kalau Allah itu dekat dengan hambanya.  Allah berfirman:

“dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”  (QS. Al- Baqarah: 186)

2.       Husnudzan (baik sangka) terhadap Allah kepada berdo’a. Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman:

“aku (Allah) ada pada (sesuai) dengan persangkaan hamba-Ku apabila mereka berprasangka.”
Kalau kita berprsangka bahwa Allah mengabulkan do’a kita, maka Allah akan mengabulkan do’a kita. Tetapi kalau kita berprasangka bahwa Allah tidak mengabulkan do’a kita, maka pasti Allah tidak akan mengabulkan do’a kita. Allah selalu berada pada persangkaan kita.

3.       Tetap berbaik sangka ketika Allah belum mengabulkan do’a kita. Yakinlah ada hikmah dibalik belum  terkabulkannya do’a kita. Do’a kita belum terkabul berarti Allah cinta kepada kita dan Allah menilai kita belum pantas mendapatkan apa yang kita minta.

Perumpamaan kasus:
Anak kita yang berumur tujuh tahun meminta sebuah sepeda motor untuk dia kendarai sendiri. Kalau kita mengabulkan permintaannya, berarti kita tidak sayang anak kita. Karena kendaraan tersebut bisa mencelakakannya. Dan sebaliknya, kalau kita menunda permintaannya sampai usia yang pantas, berarti kita mencintai anak kita. Begitu pun dengan Allah. Allah sangat tahu tentang hamba-Nya.

4.       Ridha Allah sesuai dengan ridha orang tua. Kerelaan Allah dalam mengabulkan do’a hamba-Nya sangat bergantung dengan kerelaan orang tua.

Pada poin ini, menjaga hubungan baik dengan orang tua, terutama ibu sangat berpenagruh terhadap terkabul dan tidaknya do’a kita. Siapa pun orang kita, apapun kondisinya, serendah apapun status sosialnya dia tetap menjadi orang pertama yang harus kita taati setelah Rasulullah.


Usaha
Suatu hari Umar bin Khattab radiyallahu ‘anhu melewati seorang ahli ibadah yang sedang beribadah dimasjid. Sepanjang hidupnya hanya diisi dengan berdo’a dan berdo’a. Dia tidak bekerja. Bahkan kebutuhan hidupnya dicukupi oleh saudaranya. Umar mencela orang tersebut dan memuji saudaranya yang mencukupi kebutuhan hidupnya.

Harus ada usaha yang mendampingi do’a. Do’a dan usaha tidak bisa dipisahkan. Do’a tanpa usaha sama saja bohong. Usaha tanpa do’a sama dengan sombong. Jangan

Usahakanlah apa yang bisa kita usahakan. Kerjakanlah apa yang bisa kita kerjakan. Allah, Rasulullah dan orang-orang mukmin akan melihat apa yang kita kerjakan. Tidak ada yang sia-sia dalam menjalankan sebuah proses. Allah berfirman:

"Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah: 105)



Inovatif
Inovativ atau inovasi dalam KBBI berti melakukan gagasan dan metode baru atau melakukan pembaharuan dan penyegaran sesuatu yang sudah ada.

Dala rangka mencapai sebuah kesuksesan, tentu usaha yang kita lakukan tidak selalu berjalan dengan mulus. Pasti ada kendala dari berbagai sisi. Itu sebabnya kita butuh gagasan baru yang lebih segar.
Metode yang selama ini kita terapkan dan belum mendaptkan hasil, perlu dilakukan pembaharuan. Jadi intinya jangan pernah berhenti pada satu cara. Terus lakukan inovasi dengan ide-ide dan gagasan yang cemerlang.


Tawakkal
Setelah do’a, dan usaha yang diseduh dengan ramuan inovasi, maka langkah terakhir yang tak kalah pentingnya adalah tawakkal.

Tawakal yang berarti menyerahkan semua urusan kepada Allah setelah melakukan ikhtiryar. Pasrah dengan semua kehendak Allah.

Dengan tawakkal yang benar, maka kita akan terhindar dari dua kemungkinan yang buruk.
1.       Sombong karena harapan tercapai atau
2.       Putus asa karena harapan tak sampai.

Kemungkinan pertama adalah seperti yang pernah Allah gambarkan pada kisah Qarun. Awalnya dia  kaum papa yang selalu berharap. Seakan tiada waktu tanpa berharap. Tetapi setelah Allah mengabulkan permintaannya, dia lupa dengan Dzat yang telah mejadikannya kaya. Dengan penuh kesombongan dia ucapkan dengan lantang bahwa apa yag telah dia dapat semata-mat hasil kerja kerasnya.

 "Sesungguhnya aku  diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". (QS. Al-qhashash: 78)

Dalam firman yang lain:

“Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku". sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui” (QS. Az-Zumar: 49)



Kemudian untuk kemungkinan kedua adalah putus asa, depresi bahkan sampai pada level setres dan gila saat dia mengalami kegagalan. Orang seperi ini menganggap satu kegagalan adalah akhir dari semua harapan.

Tiap kali media kita mengangkat tema tentang pengumuman hasil ujian nasiaonal, selalu diwarnai dengan berita aksi bunuh diri siswa/i yang tidak lulus.

Ini semua terjadi lantaran hilangnya rasa tawakkal dalam diri mereka. Orang semacam ini terlalu yakin dengan usaha tangnnya sendiri tanpa mengingat kekuasaan mutklaqnya Allah. Seharusnya kita sadar, bahwa Allah lah yang menentukan berhasil atau tidaknya usaha kita.

“...kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran: 159)

Sebagai penutup tulisan ini saya ingat dengan sebuah hadits nabi salallahu ‘alaihi wa sallam tentang pujian orang non muslim yang kagum terhadap sifat orang mukmin ketika mendapatkan nikmat  dan musibah. beliau bersabda:

“sungguh mengagumkan sikap orang mukmin. Semua urusannya sangat baik. Itu tidak akan terjadi kecuali padanya (mukmin). Ketika diberi kelapangan, maka dia akan bersyukur, karena itu baik untuknya. Dan apabila ditimpa mushibah, maka dia akan bersabar, karena itu untunnya.” (HR. Muslim)


Salam sukses.
Oleh: Ahmad Hilmi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About