Pages

Rabu, 07 Mei 2014

Anyang-anyangan, Dalam Pandangan Fiqih

Jumhur ulama sepakat bahwa semua yang keluar melalui dua jalan, qubul dan dubur, membatalkan wudhu dan sholat. Baik yang keluar itu veses, air seni, madzi, wadi, mani, maupun angin. Jadi, secara singkat bahwa semua itu membatalkan wudhu.

Tapi bagaimana dengan orang yang menderita anyang-anyangan?


Anyang-anyangan atau dalam Bahasa Arab di sebut Salas Al-baul merupakan penyakit yang ada di kandung kemih sehingga penderitanya susah mengontrol keluarnya air seni dengan intensitas yang sering.

Kondisi ini tentu menyulitkan kita, sebagai orang muslim untuk menunaikan sholat dan menjaga wudhu agar tidak batal. Mengingat keluarnya air seni tidak bisa dikontrol.
Point penting yang akan kita bahas adalah, bagaimana wudhunya penderita anyang-anyangan, Apakah batal atau tetap sah untuk menunaikan sholat.

1. wajib wudhu setiap kali masuk waktu sholat
Jumhur ulama sepakat bahwa penderita anyang-anyangan wajib memperbaharui wudhunya dan mengganti pakaian setiap kali waktu sholat telah masuk. Kondisi ini oleh para ulama diqiyaskan pada wanita yang mengalami istihadhoh, karena keduanya mempunyai kesamaan kondisi yang sulit mengontrol darah dan air seni. Dalam sebuah hadits rasulullah bersabda:

المستحاضة تتوضّأ لوقت كلّ صلاة

“wanita mustahadhoh berwudhu setiapa kali masuk waktu sholat” (HR. Ibn Majah)
Dalam lafadz yang lain, ketika Fatimah binti Abi Khubaiys bertanya kepada Rasulullah tentang wanita mustahadhoh beliau mengatakan:

توضئي لكل صلاة حتى يجيء ذلك الوقت

“wudhulah setiap kali sholat dan telah masuk waktunya” (HR. Ahmad dam Abu Daud)
Maka dalam hal ini, jika anyang-anyangan itu keluar lagi setelah kita wudhu dan berganti pakaian, wudhu kita tidak batal dan tidak perlu mengganti pakaian. Jadi boleh melaksanakan sholat dengan kondisi seperti itu. Bahkan, sekalipun anyang-anyangan itu keluar saat sholat, maka sholat itu tidak batal dan dilanjutkan hingga selesai.

Contok kasus:
Umar menderita anyang-anyagan, dia berwudhu dan mengganti pakaian bersih ketika waktu sholat dhuhur telah tiba. Tiba-tiba air seninya keluar lagi ketika dia telah wudhu atau bahkan ketika dia sedang sholat, maka dia tidak perlu membatalkan sholatnya dan mengulangi wudhunya serta berganti pakaian.

2. Wudhu menjadi batal dengan habisnya waktu sholat
Sebagaimana pembahasan pada point pertama, ketika waktu sholat Dhuhur telah habis atau bahkan telah masuk waktu sholat Ashar, maka wudhunya yang pertama ketika sholat Dhuhur menjadi batal dan wajib mensucikan pakaiannya kembali.

Dua poin diatas senada dengan pendapat Al-Imam Ibn Qudamah di dalam kitabnya Al-Mughi.

3. Wudhu sebelum masuk waktu sholat
Ketika penderita anyang-anyangan berwudhu sebelum masuk wuktu sholat, apakah wuhunya bisa untuk menunaikan sholat setelahnya?

Dalam hal ini ulama berbeda pendapat.

a. Boleh menggunakan wudhu itu sekalipun sebelum masuk waktu sholat selama air seni tidak keluar
Karena menurut pendapat ini, yang membatalkan wudhu adalah keluarnya air seni bukan sekedar berlalunya waktu sholat. Pendapat ini dipilih oleh sebagian kalangan dari madzhab Hanbali sebagaimana disebutkan oleh Al-Imam Al-Mardawai dalam kitabnya Al-Inshof.

Contoh kasus:
Umar berwudhu sebelum azan Ashar dikumandangkan. setelah berwudhu, tiba-tiba air seninya keluar. Maka Umar wajib mengulangi wudhunya ketika waktu Ashar telah masuk. Tapi Jika tidak ada air seni yang keluar, maka Umar boleh menunaikan sholat Ashar sekalipun dengan wudhu ketika sebelum sholat Ashar masuk.

b. Wudhu batal secara otomatis walaupun tidak ada air seni yang keluar
Pemahaman pendapat ini tentang hadis di atas bahwa masuknya waktu sholat berikutnya membatalkan wudhu yang dilakukan sebelum masuknya waktu sholat, sekalipun tidak ada air seni yang keluar. Pendapat ini dikuatkan oleh Al-Imam Al-Buhuti dalam kitabnya Kassyaf Al-Qina An Matni Al-Iqna.

Al-Imam Sholih bin Utsaimin dalam kitabnya Asyarhu Al-Mumti mengatakan bahwa kalangan Malikiyah tidak mewajibkan wudhu jika tidak ada air seni yang keluar walaupun wudhunya tersebut dilakukan sebelum masuknya waktu sholat.

Contoh kasus:
Umar berwudhu sebelum masuk sholat Ashar. Maka ketika waktu Ashar tiba dan dia ingin menunaikan sholat, maka dia wajib berwudhu walaupun tidak ada air seni yang keluar.


Wallahu a’lam


Oleh Ahmad Hilmi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About