Pages

Senin, 22 Desember 2014

Mereka Yang Gonggongannya Tak lagi Didengar

Hidup bersama di bangsa manusia tak akan pernah luput dari komentar. Apa pun yang dapat dicapai oleh panca indera pasti jadi sasaran kritik. Baik apa yang dilihat, didengar, diraba, dicium/ dihirup, dan juga yang dirasa. Terlepas apakah itu kritik yang membangun atau pun kritik yang memang sudah jadi "hobi". Akan berakhir dengan hasil yang bagus ketika itu kritik yang membangun. Kritik model ini biasanya dibarengi dengan sebuah solusi. "Saya kurang setuju dengan kebijakan seperti ini, dan ini solusi dari saya". Yang seperti itu cerdas, walaupun belum tentu diambil.



Dan kritik kedua adalah kritik yang asal "mangap" tanpa dipikir apakah ada manfaat atau tidak, apalagi menawarkan solusi. Seringnya, kritik model seperti ini keluar dari mulut orang-orang yang sakit hati atau lebih tepatnya disebut "pecundang." Berawal dari sakit hati kemudian menjadi "latah" dan kebiasaan. Ada yang terasa kurang jika dalam putaran 24 jam tidak mengkritik.

Pengkritik murahan seperti ini, jika kritiknya gak didengar maka akan ambil jurus selanjutnya, mencaci, cari sensasi, kalau perlu buat provokasi.


Sekali waktu, provokasi yang dibuat bisa menggegerkan dunia. Seakan apa yang dia ucapkan benar adanya sehingga banyak telinga yang pasang ancang-ancang untuk menyimak kelanjutannya. Dan benar, secara berkelanjutan isu-isu ciptaannya bisa dinikmati oleh pendengarnya. Tapi Tak akan lama. Selanjutnya akan terasa hambar dan menguap begitu saja.


Saya rasa ini menjadi bahan pembelajaran buat saya pribadi ketika harus mengkrtik, sesuatu, sesorang atau apa pun itu. Harus Fokus dan gak "mencla-mencle". Hari ini menyoroti kebijakan presiden, besok komentar tentang anak presiden yang pernah makan babi tanpa sengaja. Di lain hari malah bicarakan model rambut sang istri presiden. Hemm, kritik model apaan ini?

Pada akhirnya, setiap kritik yang keluar dari mulutnya akan ditanggapi orang lain dengan kalimat, "anjing menggonggong, kaffila berlalu."

Mari menjadi pengkritik yang cerdas.
Ahmad Hilmi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About