Beberapa saat yang lalu ada seorang kawan yang tanya pada
saya seputar ucapan “إِن شَاءَ اللهُ”
yang ditulis
menggunakan tulisan latin. Yang benar itu “Insya Allah, In Sya’a Allah atau In
syaAllah”? Sebagai mana kita maklum, bahwa lafadz itu sering kita tulis dalam
pesan singkat (SMS) ketika membuat janji dengan seseorang. Kebingungan kawan saya
ini bermula saat dia membaca tulisan di media On Line yang mempermasalahkan
makna (arti) yang terkandung jika ditulis dengan penulisan yang kurang pas.
Maka jawaban singkat saya, “kalau ditulis dengan huruf
latin, tidak ada yang salah arti selama bunyinya gak salah”.
Kemudia dia mulai berargumen sebagaiman yang dia baca di
artikel itu. Kalau ditulis “INSYA ALLAH” maka bermakna “(proses) Terciptanya
Allah”. Itu berarti Allah diciptkan sebagaimana makhluk. Jelas ini menyalahi kaidah Tauhid.
Maka yang benar, menurut dia, ditulis dengan “IN SyaAllah” yang nanti akan
bernakna “jika Allah Berkehendah”. Boleh juga argumennya. Tapi sayangnya ini tidak ditulis dengan huruf Atab, tapi Latin.
Sekali lagi saya jawab, “Kalau ditulis menggunakan huruf
latin, maka tidak ada yang salah selama bunyi lafadz nya tidak sala. Titik.”
Argumen saya selanjutnya, itu kan aslinya lafadz Arab yang
seharusnya ditulis dengan Bahasa Arab juga. Tapi karena tidak semua kita bisa
berbahasa Arab, atau bisa tapi keypad hand phon tidak mendukung huruf Arab,
maka untuk mempermudah ya, ditulis dengan huruf latin. Apakah tulisan itu
merubah makna? mari kita preteli satu-satu:
1. Kata “إِنْ” dalam Bahasa Arab
masuk dalam perangkat yang men-jazam-kan fi’il mudhari’ (kata kerja
sekarang) juga termasuk perangkat syarat. Dalam bahasa Indonesia sering
diterjemahkan dengan kata “apabila, jika” dan yang sejenisnya. Dan kata “إِنْ” ini tidak bisa berdiri sendirian, harus
disambung dengan kata kerja.
2. Kata “شَاءَ” adalah kata kerja lampau yang berarti
“menghendaki”. Jika disambung menjadi “إِنْ شَاءَ” berarti “jika menghendaki”.
Penulisannya dalam huruf latin biasa “InsyaA Allah atau In SyaA Allah”. Tapi
rasanya kurang kerjaan saja kalau kita mempermasalhakan mana yang benar dan
mana yang salah, mengingat tulisan itu dengan huruf latin. Harusnya, kalau mau
kritis dan lebih teliti, maka tulisan yang mendekati benar adalah “IN SyaaaaaA
Allaah”. Itu baru jujur, karena ada mad (panjang pendek) yang harus dipenuhi
haknya. Repot bukan?
3. Kemudian
lafadz yang di permasalahkan “inSya Allah dan insyaAllah” yang dalam penulisan
Arabnya “إنْشَاءَ
اللهِ”. Dalam ilmu nahwu, itu bisa dibaca “insyaA-
insyau-insyai” karena Ismun/ nama tergantung kedudukan dalam kalimatnya.
Sedangkan lafadz “Allah” mudahnya dibaca kasrah “ALLAHI” karena muhdof ilaihi
majrur/ frasa.
4. Bedanya
dengan “إِنْ
شَاءَ اللهُ” kata “SyaA” selalu fathah karena kata
kerja lampau (fi’il madhi) dan Allah pasri dibaca dhomah karena fail marfu’/
subjek.
5. Persamaan
keduanya “إنْشَاءَ
اللهِ” dan “إِنْ شَاءَ اللهُ” jika ditulis
dengan huruf latin akan menghasilkan bunyi yang cenderung mirip. Kenapa? Karena
ketika ditulis dengan huruf latin, maka tak tampak “IN” disitu huruf syarat dan
jazm atau awal bunyi kata “INSYAA”.
Maka menurut hemat
saya, mempermasalahkan hal yang tidak terlalu urgen seperti ini justru bisa
menimbulkan fitnah. Orang mulai enggan menulis insyaAllah di pesan singkat
gara-gara takut salah penulisan. Belum lagi permasalahan bunyi akhir kata harus
A, I, U, atau O. Juga yang tidak kalah pentingnya masalah Mad/ hukum panjang
pendek dan makhraj huruf arab/ sifat keluarnya huruf. Karena kita tahu bahwa
huruf Arab mempunyai sifat bunyi yang berbeda dari huruf latin, dan sebaliknya.
Sebagai contoh, lafadz “الله”/ Allah sering kita eja dengan bunyi “O”
kadang “A”. Hal ini terjadi karena sifat bunyi huruf Arab yang susah dicari
padanan sempurna dalam huruf latin.
Penjelasan seperti
ini saya yakin membingungkan bagi kita yang tidak pernah bersentuhan dengan
nahwu dan sharaf. Ada baiknya materi yang membingungkan ini tidak menjadikan
orang awam bahasa Arab menjadi semakin bingung. Mau ditulis dengan cara apaun
asalkan bunyinya sama atau mirip maka yakin lah itu benar. “yassir wa la
tu’assir” permudahlah dan jangan dipersulit. Itu Islam.
Wallahu A’lam bi
As-Shawab
Oleh: Ahmad Hilmi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar