Pages

Jumat, 22 Agustus 2014

Indah di Mata Tak Se-Indah Dirasa, Bincang Santai Memilih Pasangan


Wajar lah ya, kalau kita berharap punya pasangan yang serba super. Tentunya super-men atau super-women. kalau kamu cowok, ya berharap didampingi Srikandi, dan kalau kamu cewek, ya bisa dilindungi pahlawan seperti Arjuna.

Tapi ternyata, fakta di lapangan (rumah tangga maksudnye), bahwa sebenarnya yang kita butuhkan bukan pasangan yang sempurna. Namun, pasangan yang bisa saling menyempurnakan. Gak percaya?

Si Mamad, sewaktu masih kuliah, dia selalu mendambakan wanita cantik yang bisa mendampinginya sebagai pasangan suami istri. Dan benar saja, setelah kuliah dia bisa menikah dengan wanita yang dia hayalkan, cantik. 

Tapi apa boleh dikata, ternyata wanita cantik itu, yang sekarang jadi istrinya, ternyata tukang ngorok ketika tidur. Padahal harapannya dulu, punya istri cantik bisa membuatnya nyenyak tidur. Jauh panggang dari api, kini, setiap malam dia tak bisa terpejam gara-gara menyimak irama dengkuran istrinya. Dan tak berhenti sampai situ penderitaannya, si istri juga ternyata suka ngebangkong (susah bangun dari tidur). Lengkap sudah.

Beda lagi dengan Si Syukran, yang dia idamkan adalah wanita dengan pendidikan tinggi, setidaknya eS satu lah, dan juga yang berkarir. Dan benar, harapannya tercapai.

Satu dua hari dia merasa bangga dengan pencapaiannya, mendapatkan isrti berpendidikan tinggi dan berkarir. Namun, lambat laun, dia merasa jenuh dan bosan dengan gaya hidup istrinya. Pergi kerja kala matahari belum melek, dan sampai di rumah kala matahari dah bobok lagi. Ya, super sibuk dengan karir. Hampir-hampir, dia sebagai suami tak pernah bisa menjinakkannya.

Begitupun dengan wanita pendamba pria sempurna yang serba bisa.

Dikisahkan, seorang wanita yang dinikahi oleh seorang pria yang sempurna. Persih seperti harapannya. Memasuki malam pertama pernikahannya, sang suami begitu perhatian dan cekatan. Semua kebutuhan menjelang tidur istrinya disiapkan semua. si wanita ini taajub kagum, suaminya benar-benar sempurna.

Tak berhenti sampai di situ, ketika bangun dari tidurnya, si wanita lagi-lagi dibuat terkagum-kagum oleh perlakuan baik suaminya. Rumah tertata apik, sarapan tersaji rapi di meja makan, bahkan kopi hangat pun tersedia tepat di samping ranjang tidurnya. Sempurna.

Namun, kesempurnaan itu tak bertahan lama. Kamu tahu kenapa?

Ya, di selala percakannya ketika sarapan, sanga suami berujar, "Sayang, enak kan kalau pagi hari ketika bangun tidur semua sudah rapi dan tersedia?". 

"Ya, terimakasih", jawab Istrinya.

"Dan yang saya lakukan tadi malam dan pagi ini hanya contoh. Artinya, kamu harus lakukan itu (pekerjaan itu), untuk saya setiap hari. Mulai hari ini dan seterusnya."

"gleg..."

Dan begitulah seterusnya, fenomena rumah tangga yang pelakunya merasa tertipu oleh penampilan. Kalau sudah seperti itu, apalagi yang mau diperbuat? menyesal kah? jengkel kah? atau sabar?

Itulah yang kemudian penulis simpulkan bahwa, "pernikahan itu bukan hanya tentang siapa yang paling sempurna, tapi tentang siapa yang bisa diajak saling menyempurnakan. Bukan juga tentang siapa yang paling Ok, tapi yang bisa saling memahami."

Mari terus memilih calon pasangan sesuai selera. Tapi tetaplah berharap kepada Allah akan hadirnya pasangan terbaik buat kita walaupun sekilas terlihat bukan selera kita.



Wallahu A'lam

Oleh: Ahmad Hilmi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About