Pages

Rabu, 13 November 2013

Penasaran Yang Berujung Petaka (Balada Miras Oplosan)

Suatu siang, ketika saya membaringkan punggung di atas kasur, terbersit sebuah dialog yang saya buat sendiri dan saya jawab sendiri. Ini gara-gara kabel setrika yang tidak dirapikan dan mengganggu pemandangan di kamar. Tapi dialoge  hanya terucap dalam angan tho’, ndak keras-keras kok. Yo kalo keras-keras nanti temen-temen kos ngira kalo saya sedang konslet. Lha wong ngomong kok sendirian.
“walah, siapa tho yang habis naruh setrika, kok kabelnya nglewer (terjulur) ndak digulung lagi?” kebetulan ada rak kecil tepat diatas kaki saya jika posisi berbaring.

“coba tak tarik lah.” Saya tarik kebel itu dengan jepitan jari dan jempol kaki.
Ketika sekali saya tarik, kabel itu sepertinya kuat tersangkut di rak. Saya semakin penasaran saja untuk menarik kabel itu lebih kuat lagi.

“kalau saya tarik, kira-kita setrikanya jatuh gak ya?”
“kalau jatuh, pasti setrikanya kena kakiku ni.”

Walaupun saya sudah membayangkan setrika itu akan jatuh jika kabelnya saya tarik lebih kuat lagi, tapi itu tidak cukup menjawab rasa penasaran saya.
Dan akhirnya…”klotak…” “hemmm, bar kuwe saiki (baru tahu rasa kamu).” Terjawab sudah penasaran ini, setelah ujung setrika benar-benar menghantam tulang kering saya. Lumayanlah untuk sekedar alasan nyengir. Sakit, tapi puas dengan jawaban setrika itu.
*****
Kejadian konyol itu merupakan pengalaman pribadi yang berawal dari rasa penasaran. Rasa penasaran yang memaksa saya untuk berbuat nekat. Penasaran yang belum bisa terobati kecuali jika benar-benar sudah dicoba dan celaka.

 
Saya yakin, bukan hanya saya saja yang pernah mengalami hal itu.

Jadi kesimpulannya, bahwa kita sering kali terbuai dengan rasa penasaran yang sebenarnya kita sudah bisa membayangkan akibatnya. Jika yang kita bayangkan adalah suatu yang baik dan bermanfaat, tidak ada masalah untuk kita eksekusi. Tapi jika dari awal kita sudah membayangkan akibat buruk, ya ndak usah di paksakan untuk dieksekusi. Celaka yang akan kita peroleh.

Sebenarnya, kita bisa mencari Jawaban atas rasa penasaran yang menghampiri kita tanpa harus mencoba sendiri.  Bisa kita membaca kejadian-kejadian di sekeliling kita sebagai bahan pertimbangan. Mungkin inilah yang dimaksud dengan ungkapan “setiap kejadian pasti ada pelajaran yang bisa dipetik.”  Bailk itu kejadian yang kita alami sendiri, atau pun kejadian dari pengalaman orang lain.
*****

Kisah tikus di rumah saya

Hampir setiap malam, tikus-tikus di rumah sering membuat kegaduhan. Sangat mengganggu penghuni rumah yang sedang istirahat. Mulai dari sekedar kejar-kejaran sampai ramai-ramai menggerogoti karung gabah (padi). Singkatnya, tikus-tikus ini mulai nggemesin dan bikin geram.

Malam berikutnya kita memasang perangkap tikus di jalur yang sering dilaluinya. Pagi harinya, kita melihat hanya satu yang terperangkap. Dan malam berikutnya, tak satu  pun tikus yang terperangkap lagi dalam jebakan yangg kita pasang. Bahkan terdengar suara tikus-tikus itu  sudah membuat jalur baru dan meninggalkan jalan lamanya.

Bosan dengan perangkap yang tidak bisa lagi menangkap tikus, kita ganti dengan racun yang tercampur dengan ikan asin sebagai umpan. Malam pertama terpasang, pagi harinya ada tikus yang mati keracunan. Tapi sayang, hanya sekali itu saja. Malam-malam berikutnay sudah tidah ada lagi tikus yang mau menyantap umpan racun itu. Dan hasilnya, tikus di rumah kembali bebas bermain walaupun beberapa kali sempat terganggu dengan adanya perangkap dan umpan racun.

Hanya berbekal filling dan naluri saja, tikus-tikus ini bisa mengambil pelajaran dari kejadian yang menimpa temannya. Jalur yang biasa mereka lewati mulai ditinggalkan setelah melihat perangkap yang membunuh temannya. Ikan asin yang enak tidak lagi menarik minat makannya setelah ada temannya yang tewas karena menyantapnya.

Pelajaran yang mereka pelajari bukan dengan pikiran dan hati yang sempurna, tapi dari filling yang terbatas. Tapi itu cukup mebuat mempelajari dan membaca kejadian.
Bagaimana dengan manusia yang berbekal kesempurnaa hati dan pikiran?, sudahkah mengambil pelajaran jadi setiap kejadian.
*****

Segaranya Alkohol 95%

Sebenarnya, bukan kali  ini saja kasus miras oplosan memakan banyak korban yang terjadi di negri kita, Indonesia. Saya tidak tahu persis data resmi jumlah korban. Tapi yang jelas media kita sering mengangkat kasus ini.  walaupun tidak semua korban langsung pindah ke alam akhirat, ya minimal sekarat. Atau walau tidak langsung mati tak bersuara, ya setidaknya membuat mulut berbusa.
Tapi hal ini tidak cukup membuat merinding bulu kuduk sebagian orang. Semakin sering melihat berita, justru semakin membuat penasaran. Penasaran untuk mencoba atau sekedar  nyicip (mencicip) segarnya minuman racikan sendiri. Mungkin mereka membayangkan lezatnya  campuran antara racun anti nyamuk dengan alkohol 95% seperti  segarnya minuman es campur yang beragam isi dan warna. Luar biasa.
*****


Harus Diapakan Ya Orang-Orang Seperi Ini?

Karena sering menyimak berita lucu ini, saya dan beberapa teman di tongkrongan beropini konyol mengenai kasus ini. Toh yang menjadi objek opini kita juga adalah kumpulan orang-orang konyol. Begini kira-kira opini kita, “larangan bagi rumah sakit dan klinik-klinik kesehatan untuk menerima pasien korban miras oplosan.”

Walaupun terdengar konyol, tapi setidaknya opini kita mengarah pada upaya pencegahan. Pencegahan yang dimulai dengan rasa jera. Gimana caranya?  

Pemerintah DKI Jakarta mengeluarkan perda  yang melarang memberikan suatu pemberian kepada gelandang dan pengemis di jalanan. Dengan tidak adanya orang yang mengulurkan tangan, memberi santunan kepada mereka, diharapkan timbul rasa jera. Rasa jera bagi meraka yang sedang mengemis, juga rasa jera bagi mereka yang baru merencanakan untuk menjadi pengemis.

Satu kali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Disamping memberantas pengemis saat ini, peraturan ini juga mencegah datangnya pengemis di masa yang akan datang.

Kembali pada opini konyol kita di atas, “larangan bagi rumah sakit dan klinik kesehatan menerima pasien korban miras oplosan.” Seperti halnya perda DKI, jika tidak ada lagi pihak yang mau menolong, diharapkan para pelaku jera untuk tidak mencoba lagi minuman ini. Sekarang dan masa yang akan datang.  Ini  juga menjadi pelajaran bagi yang sudah pernah mecoba dan tidak tewas, juga pelajaran bagi yang terjangkit rasa penasaran ingin mencoba.
*****

Orang Sakit Jiwa

Dalam kasus miras oplosan, ada saja orang yang menyalahkan beredarnya alkohol di pasaran. Sebenarnya yang salah bukan alkoholnya, bukan juga yang salah bahan racikannya, carun nyamuk dsb. Tapi yang salah dan bermasalah jelas manusianya. Ini sama persis seperti orang yang bunuh diri di tengah rel kereta api yang masih aktif. Tentu bukan relnya yang kita salahkan.
*****


Meminum Alkohol  95% = Bunuh Diri

Awalnya, saya dan kawan-kawan ingin mencoba membahas masalah ini dalam ranah fiqih, mencari hukum minuman berkadar alkohol 95%.  Tapi niat itu kemudian kita urungkan. Karena jawabannya jelas, alkohol 95%  bukan minuman.

Jadi kesimpulan hukum yang kita ambil adalah Haram meminum minuman berkadar alkohol 95%. Haram bukan karena dia memabukkan, tapi haram karena mematikan. Hal ini Sama seperti orang yang minum racun serangga atau minum racun tikus. Jadi tidak masuk dalam ranah hukum khomer yang memabukkan, tapi masuk dalam hukum bunuh diri.

Firman Allah:
"وَلا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ"
”dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tanganmu sendiri” (QS. Albaqarah: 195)


Hadits- hadits yang berkenaan dengan bunuh diri:

   Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:

“Barang siapa yang bunuh diri dengan benda tajam, maka benda tajam itu akan dipegangnya untuk menikam perutnya di neraka Jahanam. Hal itu akan berlangsung terus selamanya. Barang siapa yang minum racun sampai mati, maka ia akan meminumnya pelan-pelan di neraka Jahanam selama-lamanya. Barang siapa yang menjatuhkan diri dari gunung untuk bunuh diri, maka ia akan jatuh di neraka Jahanam selama-lamanya.” (Shahih Muslim No.158)


2.       Hadis riwayat Tsabit bin Dhahhak ra.:

Barang siapa yang bersumpah dengan agama selain Islam secara dusta, maka ia seperti apa yang ia ucapkan. Barang siapa yang bunuh diri dengan sesuatu, maka ia akan disiksa dengan sesuatu itu pada hari kiamat. Seseorang tidak boleh bernazar dengan sesuatu yang tidak ia miliki.” (Shahih Muslim No.159)

3.       Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:

Aku ikut Rasulullah saw. dalam perang Hunain. Kepada seseorang yang diakui keIslamannya beliau bersabda: “Orang ini termasuk ahli neraka.” Ketika kami telah memasuki peperangan, orang tersebut berperang dengan garang dan penuh semangat, kemudian ia terluka. Ada yang melapor kepada Rasulullah saw.: Wahai Rasulullah, orang yang baru saja engkau katakan sebagai ahli neraka, ternyata pada hari ini berperang dengan garang dan sudah meninggal dunia. Nabi saw. bersabda: “Ia pergi ke neraka”. Sebagian kaum muslimin merasa ragu. Pada saat itulah datang seseorang melapor bahwa ia tidak mati, tetapi mengalami luka parah. Pada malam harinya, orang itu tidak tahan menahan sakit lukanya, maka ia bunuh diri. Hal itu dikabarkan kepada Nabi saw. Beliau bersabda: “Allah Maha besar, aku bersaksi bahwa aku adalah hamba Allah dan utusan-Nya.” ……(Shahih Muslim No.162)

Wallahu a’lam



 Oleh: Ahmad Hilmi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About