“walah, siapa
tho yang habis naruh setrika, kok kabelnya nglewer (terjulur) ndak digulung
lagi?” kebetulan ada rak kecil tepat diatas kaki saya jika posisi
berbaring.
“coba tak
tarik lah.” Saya tarik kebel itu dengan jepitan jari dan jempol kaki.
Ketika sekali
saya tarik, kabel itu sepertinya kuat tersangkut di rak. Saya semakin penasaran
saja untuk menarik kabel itu lebih kuat lagi.
“kalau saya
tarik, kira-kita setrikanya jatuh gak ya?”
“kalau jatuh,
pasti setrikanya kena kakiku ni.”
Walaupun saya
sudah membayangkan setrika itu akan jatuh jika kabelnya saya tarik lebih kuat
lagi, tapi itu tidak cukup menjawab rasa penasaran saya.
Dan akhirnya…”klotak…”
“hemmm, bar kuwe saiki (baru tahu rasa kamu).” Terjawab sudah penasaran
ini, setelah ujung setrika benar-benar menghantam tulang kering saya. Lumayanlah
untuk sekedar alasan nyengir. Sakit, tapi puas dengan jawaban setrika itu.
*****
Saya yakin,
bukan hanya saya saja yang pernah mengalami hal itu.
Jadi kesimpulannya,
bahwa kita sering kali terbuai dengan rasa penasaran yang sebenarnya kita sudah
bisa membayangkan akibatnya. Jika yang kita bayangkan adalah suatu yang baik
dan bermanfaat, tidak ada masalah untuk kita eksekusi. Tapi jika dari awal kita
sudah membayangkan akibat buruk, ya ndak usah di paksakan untuk dieksekusi. Celaka
yang akan kita peroleh.
Sebenarnya, kita
bisa mencari Jawaban atas rasa penasaran yang menghampiri kita tanpa harus
mencoba sendiri. Bisa kita membaca
kejadian-kejadian di sekeliling kita sebagai bahan pertimbangan. Mungkin inilah
yang dimaksud dengan ungkapan “setiap kejadian pasti ada pelajaran yang bisa
dipetik.” Bailk itu kejadian yang
kita alami sendiri, atau pun kejadian dari pengalaman orang lain.
*****
Kisah tikus
di rumah saya
Hampir setiap
malam, tikus-tikus di rumah sering membuat kegaduhan. Sangat mengganggu
penghuni rumah yang sedang istirahat. Mulai dari sekedar kejar-kejaran sampai
ramai-ramai menggerogoti karung gabah (padi). Singkatnya, tikus-tikus
ini mulai nggemesin dan bikin geram.
Malam berikutnya
kita memasang perangkap tikus di jalur yang sering dilaluinya. Pagi harinya,
kita melihat hanya satu yang terperangkap. Dan malam berikutnya, tak satu pun tikus yang terperangkap lagi dalam
jebakan yangg kita pasang. Bahkan terdengar suara tikus-tikus itu sudah membuat jalur baru dan meninggalkan
jalan lamanya.
Bosan dengan
perangkap yang tidak bisa lagi menangkap tikus, kita ganti dengan racun yang
tercampur dengan ikan asin sebagai umpan. Malam pertama terpasang, pagi harinya
ada tikus yang mati keracunan. Tapi sayang, hanya sekali itu saja. Malam-malam
berikutnay sudah tidah ada lagi tikus yang mau menyantap umpan racun itu. Dan
hasilnya, tikus di rumah kembali bebas bermain walaupun beberapa kali sempat
terganggu dengan adanya perangkap dan umpan racun.
Hanya berbekal
filling dan naluri saja, tikus-tikus ini bisa mengambil pelajaran dari kejadian
yang menimpa temannya. Jalur yang biasa mereka lewati mulai ditinggalkan
setelah melihat perangkap yang membunuh temannya. Ikan asin yang enak tidak
lagi menarik minat makannya setelah ada temannya yang tewas karena
menyantapnya.
Pelajaran yang
mereka pelajari bukan dengan pikiran dan hati yang sempurna, tapi dari filling
yang terbatas. Tapi itu cukup mebuat mempelajari dan membaca kejadian.
Bagaimana dengan
manusia yang berbekal kesempurnaa hati dan pikiran?, sudahkah mengambil
pelajaran jadi setiap kejadian.
*****
Segaranya Alkohol
95%
Sebenarnya, bukan
kali ini saja kasus miras oplosan memakan
banyak korban yang terjadi di negri kita, Indonesia. Saya tidak tahu persis
data resmi jumlah korban. Tapi yang jelas media kita sering mengangkat kasus
ini. walaupun tidak semua korban langsung
pindah ke alam akhirat, ya minimal sekarat. Atau walau tidak langsung mati tak
bersuara, ya setidaknya membuat mulut berbusa.
Tapi hal ini
tidak cukup membuat merinding bulu kuduk sebagian orang. Semakin sering melihat
berita, justru semakin membuat penasaran. Penasaran untuk mencoba atau sekedar nyicip (mencicip) segarnya minuman
racikan sendiri. Mungkin mereka membayangkan lezatnya campuran antara racun anti nyamuk dengan alkohol
95% seperti segarnya minuman es campur
yang beragam isi dan warna. Luar biasa.
*****
Harus Diapakan
Ya Orang-Orang Seperi Ini?
Karena sering
menyimak berita lucu ini, saya dan beberapa teman di tongkrongan beropini
konyol mengenai kasus ini. Toh yang menjadi objek opini kita juga adalah
kumpulan orang-orang konyol. Begini kira-kira opini kita, “larangan
bagi rumah sakit dan klinik-klinik kesehatan untuk menerima pasien korban miras
oplosan.”
Walaupun
terdengar konyol, tapi setidaknya opini kita mengarah pada upaya pencegahan.
Pencegahan yang dimulai dengan rasa jera. Gimana caranya?
Pemerintah DKI
Jakarta mengeluarkan perda yang melarang
memberikan suatu pemberian kepada gelandang dan pengemis di jalanan. Dengan tidak
adanya orang yang mengulurkan tangan, memberi santunan kepada mereka,
diharapkan timbul rasa jera. Rasa jera bagi meraka yang sedang mengemis, juga
rasa jera bagi mereka yang baru merencanakan untuk menjadi pengemis.
Satu kali
dayung, dua tiga pulau terlampaui. Disamping memberantas pengemis saat ini,
peraturan ini juga mencegah datangnya pengemis di masa yang akan datang.
Kembali pada
opini konyol kita di atas, “larangan bagi rumah sakit dan klinik
kesehatan menerima pasien korban miras oplosan.” Seperti halnya perda
DKI, jika tidak ada lagi pihak yang mau menolong, diharapkan para pelaku jera
untuk tidak mencoba lagi minuman ini. Sekarang dan masa yang akan datang. Ini
juga menjadi pelajaran bagi yang sudah pernah mecoba dan tidak tewas,
juga pelajaran bagi yang terjangkit rasa penasaran ingin mencoba.
*****
Orang Sakit Jiwa
Dalam kasus
miras oplosan, ada saja orang yang menyalahkan beredarnya alkohol di pasaran. Sebenarnya
yang salah bukan alkoholnya, bukan juga yang salah bahan racikannya, carun
nyamuk dsb. Tapi yang salah dan bermasalah jelas manusianya. Ini sama persis seperti
orang yang bunuh diri di tengah rel kereta api yang masih aktif. Tentu bukan
relnya yang kita salahkan.
*****
Meminum Alkohol 95% = Bunuh Diri
Awalnya, saya
dan kawan-kawan ingin mencoba membahas masalah ini dalam ranah fiqih, mencari hukum
minuman berkadar alkohol 95%. Tapi niat
itu kemudian kita urungkan. Karena jawabannya jelas, alkohol 95% bukan minuman.
Jadi kesimpulan
hukum yang kita ambil adalah Haram meminum minuman berkadar alkohol 95%. Haram bukan
karena dia memabukkan, tapi haram karena mematikan. Hal ini Sama seperti orang
yang minum racun serangga atau minum racun tikus. Jadi tidak masuk dalam ranah
hukum khomer yang memabukkan, tapi masuk dalam hukum bunuh diri.
Firman Allah:
"وَلا تُلْقُوا
بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ"
”dan janganlah
kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tanganmu sendiri” (QS.
Albaqarah: 195)
Hadits- hadits yang berkenaan dengan
bunuh diri:
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
“Barang
siapa yang bunuh diri dengan benda tajam, maka benda tajam itu akan dipegangnya
untuk menikam perutnya di neraka Jahanam. Hal itu akan berlangsung terus
selamanya. Barang siapa yang minum racun sampai mati, maka ia akan meminumnya
pelan-pelan di neraka Jahanam selama-lamanya. Barang siapa yang menjatuhkan
diri dari gunung untuk bunuh diri, maka ia akan jatuh di neraka Jahanam
selama-lamanya.” (Shahih Muslim No.158)
2. Hadis riwayat Tsabit bin Dhahhak ra.:
“Barang
siapa yang bersumpah dengan agama selain Islam secara dusta, maka ia seperti
apa yang ia ucapkan. Barang siapa yang bunuh diri dengan sesuatu, maka ia akan
disiksa dengan sesuatu itu pada hari kiamat. Seseorang tidak boleh bernazar
dengan sesuatu yang tidak ia miliki.” (Shahih Muslim No.159)
3. Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Aku ikut
Rasulullah saw. dalam perang Hunain. Kepada seseorang yang diakui keIslamannya
beliau bersabda: “Orang ini termasuk ahli neraka.” Ketika kami
telah memasuki peperangan, orang tersebut berperang dengan garang dan penuh
semangat, kemudian ia terluka. Ada yang melapor kepada Rasulullah saw.: Wahai
Rasulullah, orang yang baru saja engkau katakan sebagai ahli neraka, ternyata
pada hari ini berperang dengan garang dan sudah meninggal dunia. Nabi saw.
bersabda: “Ia pergi ke neraka”. Sebagian kaum muslimin merasa
ragu. Pada saat itulah datang seseorang melapor bahwa ia tidak mati, tetapi
mengalami luka parah. Pada malam harinya, orang itu tidak tahan menahan sakit
lukanya, maka ia bunuh diri. Hal itu dikabarkan kepada Nabi saw. Beliau
bersabda: “Allah Maha besar, aku bersaksi bahwa aku adalah hamba Allah
dan utusan-Nya.” ……(Shahih Muslim No.162)
Wallahu a’lam
Oleh: Ahmad Hilmi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar