Pages

Rabu, 27 Maret 2013

Memfonis Diri Tidak Mampu

Ini fenomena yang sering kali menghampiri para pemula. Ya. pemula dalam segala hal. Gak terkecuali para alim yang akan memulai aksi. Aksi menyampaikan ilmu yang dia miliki. Baik secara lisan maupun tulisan.

Gak "pEdE", malu, takut terlihat norak dan takut dibilang narsis, itu semua bagian dari sikap "VONIS DIRI TIDAK BISA & TIDAK MAMPU". Dan yang lebih tragis lagi vonis ini lahir prematur. Bagaimana tidak prematur, lha wong itu semua belum dijajal (dicoba).
"Emang siapa gw ngisi pengajian? kan gw gak ada basic penceramah" atau "Emang siapa gw nulis buku? kan gw gak ada keturunan penulis" dan seterusnya dan seterusnya. Kegamangan dan keraguan yang dikemas dalam pertanyaan semacam ini sering kali terlintas dalam benak "PEMULA".
Jelas, sikap semacam ini sangat mengganggu, bahkan tidak jarang menjadi batu sandungan baginya. Dia akan terhenti dan bahkan terjatuh setiap kali "vonis diri tidak bisa" itu mampir dalam benaknya.
Padahal kalau diukur kafaah ilmu yang dimiliki, gak usah diragukan lagi. kenapa mesti diragukan, lha wong makanan tiap harinya ja kitab-kitab fiqih turots (klasik).
Justru yang menjadi masalah adalah bagaimana cara menyampaikan ilmu itu.

Nah lho??

Kalo boleh ngutip pernyataan ustadz Ahmad Sarwat: "Narsis itu kadang dibutuhkan, walaupun sendirian depan kamera. ya itung-itung meningkatkan jam terbang".
Wes lah, yang penting mari kita BELAJAR menjadi PEMULA yang mau MEMULAI.
Selamat mencoba kawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About